Selasa, 23 November 2010

Doping

DOPING
Sejarah doping
Sejak dahulu kala manusia telah memakai doping untuk menambah kekuatan badan dan meningkatkan keberanian. Misalnya penduduk Indian di Amerika Tengah dan beberapa suku di Afrika, mereka memakan zat-zat dari tumbuh-tumbuhan liar tertentu atau memakan madu sebelum menghadapi suatu perjalanan jauh, berburu atau berperang. Pada Perang Dunia II banyak digunakan pil-pil Amphetamine untuk me- lawan rasa letih dan mengantuk. Istilah dope pertama kali timbul pada tahun 1889 pada suatu perlombaan balap kuda di Inggris sedangkan kata dope itu sendiri berasal dari salah satu suku bangsa di Afrika Te- ngah. Sejarah doping dalam olahraga dimulai kurang lebih pada abad 19 pada olahraga renang, tetapi yang paling sering dijumpai pemakaian doping ini adalah pada olahraga balap sepeda. Pada waktu itu zat-zat yang populer dipakai adalah caffeine, gula dilarutkan dalam ether, minuman-minuman yang mengandung alkohol, nitroglycerine, heroin dan cocain

Pengertian Doping
Doping adalah penggunaan obat obatan untuk meningkatkan perfomance dalam berolahraga.
Menurut International Congress of Sport Sciences, Olympiade Tokyo 1964 : Doping adalah pemberian/penggunaan oleh peserta lomba berupa bahan yang asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnormal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, dengan tujuan meningkatkan.
Menurut UU No. 3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional, Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 22, doping adalah penggunaan zat atau metode terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga
Dalam kontek sekarang, doping diartikan penggunaan bahan-bahan kimia yang terlarang yang diduga bisa membahayakan kesehatan pemakainya
Alasan penggunan doping
Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau orang tua atlet menghalalkan segala cara.
Aspek psikososial, setiap individu memiliki potensi melakukan pelanggaran, ditambah lagi apabila lingkungan memberi kesempatan untuk melakukan pelanggaran tersebut.
Lingkungan sosial individu, kekalahan dalam bertanding selalu mendapat respon dari masyarakat baik berupa cacian, kritikan, amukan bahkan kemarahan yang tidak proposional, sehingga yang ada dibenak atlet adalah harus “menang” dalam setiap event yang diikuti.
Kurangnya informasi tentang bahaya doping bagi diri sendiri dan orang lain.
Ketatnya persaingan
Komersialisasi, para atlet atau pelatih sering kurang selektif menghadapi gencarnya tawaran obat-obatan dari produsen.
Propaganda, persaingan merebut bonus merupakan salah satu pendorong bagi atlet untuk menang, sehingga menghalalkan segala cara termasuk menggunakan doping.
Frustasi karena latihan yang telah dilakukan tidak kunjung membuahkan prestasi.
Salah satu cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan tumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat. Cara tersebut populer disebut doping. Doping dilarang dalam dunia olahraga karena dianggap tidak jujur. Selain itu, doping juga berbahaya bagi kesehatan atlet sebab itu dapat menyebabkan timbulnya penyakit, cacat, bahkan kematian. Jadi, keuntungan yang didapat tidaklah seimbang dengan kerugian yang akan diderita bertahun-tahun kemudian. Belum lagi kalau ketahuan, atlet dan pembinanya harus menanggung rasa malu.
Keberadaan doping di kalangan atlet agak sulit dibendung selama atlet tidak mengakui keberadaan dan kemampuan fisiknya sendiri. Sudah banyak peraturan dan batasan-batasan yang sengaja dibuat untuk selalu menjaga kejujuran, bahkan sudah banyak sanksi tegas, mulai dari yang ringan sampai yang berat, diberlakukan pada mereka yang terbukti melanggar.
Alasan pelarangan doping
IOC ( International Olympic Committee, tahun 1990 ) Adapun alasan pelarangan doping yaitu
Alasan Etis, penggunaan doping melanggar norma fairplay dan sportivitas yang merupakan jiwa olahraga.
Alasan Medis, membahayakan keselamatan pemakainya, atlet akan mengalami habituation (kebiasaan) dan addiction (ketagihan) serta drugs abuse (ketergantungan obat) yang dapat mebahayakan jiwa, seperti kasus yang pernah terjadi kurun waktu tahun 1967, yaitu kematian atlet balap sepeda, sepakbola dan tinju setelah mengkonsumsi obat-obatan doping.
Macam-macam doping dan efeknya
 Analgesic. Sebagai penghilang rasa sakit ketika haid menjelang. Tetapi, dampaknya jika salah memilih obat bisa mengakibatkan sulit bernapas, mual, kehilangan konsentrasi, dan mungkin menimbulkan adiksi atau kecanduan.
Diuretika  contoh : acetazolamide, bumetanide, chlorthalidone. Pada beberapa jenis olahraga yang memiliki kriteria berat badan, misalnya angkat besi,diuretika untuk mengeluarkan cairan tubuh. Banyak dan cepatnya pengeluaran air seni ini akan cepat menurunkan berat badan sebab 60 persen dari berat badan manusia terdiri atas air. Sayangnya, bersama itu akan terbawa keluar pula beberapa jenis garam mineral. Akibatnya, timbul kejang otot, mual, sakit kepala, dan pingsan. Pemakaian yang terlalu sering mungkin akan menyebabkan gangguan ginjal dan jantung. selain dehidrasi, sakit kepala, mual, dan detak jantung yang tidak normal, dehidrasi yang parah dapat menyebabkan ginjal dan jantung berhenti bekerja.
Eritropoetin dan menyuntikkan darah ,Kedua cara ini akan meningkatkan jumlah sel darah merah di dalam tubuh. Fungsi sel darah merah melalui hemoglobin adalah mengangkut oksigen. Dengan jumlah oksigen yang cukup bagi seluruh tubuh, proses pembakaran akan berjalan lancar sehingga energi yang dihasilkan akan bertambah. Cara ini biasanya untuk atlet yang memerlukan daya tahan lama. Misalnya, untuk lari jauh, maraton, thriatlon, sky, berenang 800 m, dan balap sepeda jarak jauh. Namun, efek bahaya suntikan eritropoetin darah menjadi lebih pekat sehingga mudah menggumpal dan memungkinkan terjadinya stroke(pecahnya pembuluh darah di otak).
Doping dengan suntikan darah akan menimbulkan reaksi alergi, meningkatnya sirkulasi darah di atas normal, dan mungkin gangguan ginjal. Golongan obat peptide hormonis dan analognya dapat berakibat atlet menderita sakit kepala, perasaan selalu letih, depresi, pembesaran buah dada pada atlet pria, dan mudah tersinggung. Selain sejumlah kerugian tadi, dampak kejiwaan yang diderita atlet pengguna doping yang ketahuan adalah siksaan tersendiri. Banyak atlet pemakai doping yang menderita depresi.
Obat-obatan anabolik, termasuk hormon androgenik steorid. Jenis hormon ini punya efek berbahaya, baik bagi atlet pria maupun atlet perempuan karena mengganggu keseimbangan hormon tubuh serta meningkatkan risiko terkena penyakit hati dan jantung. Khusus bagi atlet perempuan, pemakaian hormon ini akan menyebabkan tumbuhnya sifat pria, seperti berkumis, suara berat, dan serak. Lalu, timbul gangguan menstruasi, perubahan pola distribusi pertumbuhan rambut, mengecilkan ukuran buah dada, dan meningkatkan agresivitas. Bagi atlet remaja, itu akan mengakibatkan timbulnya jerawat dan pertumbuhannya akan berhenti. Efek samping lainnya yaitu meningkatkan tekanan darah dan suhu tubuh, meningkatkan dan membuat tidak beraturan detak jantung, serangan dan kegelisahan, kehilangan nafsu makan dan kecanduan. Ini dapat menyebabkan jantung berhenti, stroke dan kematian. Stimulan ini dapat ditemukan dalam resep dan obat-obat yang dijual di konter termasuk dalam herbal dan makanan tambahan.
Anabolic steroids Contohnya androstenedione, nandrolone dan stanozolol. Untuk merangsang sel otot dan tulang untuk membuat protein baru. Mereka meningkatkan kekuatan otot dan mendorong pertumbuhan otot baru, meniru pengaruh dari hormon seks laki-laki testosteron. Mereka juga meningkatkan tekanan darah, memperkeras arteri dan meningkatkan resiko sakit jantung, sakit lever, dan kanker tertentu.
HGH Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia), somatotrophin. menyamai hormon pertumbuhan dalam darah yang dikendalikan oleh mekanisme kompleks yang merangsang pertumbuhan, membantu sintesa protein dan menghancurkan lemak. HGH disalahgunakan oleh saingan untuk merangsang otot dan pertumbuhan jaringan. Efek yang merugikan termasuk kelebihan kadar glukosa, akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi dan jaringan pengikat, kadar lemak tinggi, lemahnya otot, aktivitas thyroid yang rendah dan cacat.
ERYTHROPOIETIN (EPO) EPO dipeoduksi oleh ginjal untuk merangsang produksi sel darah merah untuk mengangkut oksigen. Kegunaan utama dari EPO sintetis adalah untuk mengobati anemia. Ini disalahgunakan oleh atlet jarak jauh, pemain ski cross-country dan pembalap sepeda untuk meningkatkan daya tahan. Efek yang merugikan termasuk tekanan darah tinggi, menyumbat pembuluh arteri dan vena, pembengkakan otak, jantung berdebar, sakit dan luka pada otot dan mual.
BETA-BLOCKERS, untuk membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-paru dan aliran darah, memperlambat rata-rata detak jantung. Itu dilarang dalam olahraga seperti panahan dan menyelam karena menghindarkan getaran. Efek merugikan yang terjadi antaralain mimpi buruk, susah tidur, kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.
Doping darah. Mengatur sel darah merah atau hasil peroduksi yang terkait untuk menambah jumlah sel darah merah buatan yang ada di dalam tubuh, yang meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dalam tubuh. Darah dapat diambil dari atletnya sendiri dan disimpan selama dua atau tiga bulan menjelang kompetisi. Efek merugikan termasuk gagal ginjal dan lever dan kerusakan otak.
Doping dan prestasi olahraga
Apakah doping benar-benar dapat meningkatkan prestasi olahraga? Sebuah penelitian menunjukan bahwa pemberian plecebo (zat doping palsu) dapat meningkatkan prestasi menggenggam 63% dan prestasi step tes 72%. Analisis terhadap hasil tersebut memperlihatkan bahwa peningkatan prestasi disebabkan oleh faktor psikologis, yaitu sugesti yang muncul setelah mengongsumsi zat-zat tertentu.
Peran  pemerintah dalam menanggulangi doping
Banyak sekali upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah guna menangani kasus doping di Indonesia. Jakarata, Kompas – Sebagai upaya untuk menjaga kemurnian olahraga dan nilai-nila olahraga dari tindakan yang merusak citra olahraga, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) membentuk Lembaga Anti Doping Indonesia, Jumat 6 Agustus 2004 di Jakarta. Lembaga tersebut independen dan terdiri atas para profesional, seperti dokter dan ahli hukum.
LADI merupakan tindak lanjut Indonesia dari konvensi dan deklarasi antidoping dalam olahraga, 3-5 Maret 2003 di Kopenhagen, Denmark, yang diwajibkan World Anti-Doping Agency (WADA). Dalam hal ini LADI tidak memiliki wewenang untuk menjatuhakan sanksi kepada atlet yang terbukti positif doping, LADI hanya memberikan analisis sampel, sedang sanksi diberikan oleh induk olahraga yang bersangkutan. Bagi atlet yang positif doping, WADA menjatuhkan sanksi berupa dua tahu skorsing sehingga atlet tesebut tidak boleh berkompetisi sama sekali selama jangka waktu tersebut. Jika dia untuk kedua kalinya kedapatan doping lagi, maka WADA menjatuhkan sanksi serupa dengan yang pertama. Akan tetapi, jika terbukti positif doping sekali lagi atlet tersebut dilarang bertanding seumur hidup. “Hal itu lebih ringan daripada sanksi IOC sebelumnya, yaitu sanksi larangan bertanding plus denda ribuan dolar AS,”
Untuk mengurangi dan menghindari doping jalan yang dapat ditempuh yaitu:
Menyebarluaskan pengertian tentang efek buruk doping bagi tubuh.
Memberikan sanksi-sanksi yang sangat berat bagi pemakainya.
Sesuai dengan UU No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam Bab XVIII pasal 85 ayat (1) diuraikan : Doping dilarang dalam semua kegiatan olahraga. ayat (2) : Setiap Induk Organisasi Cabang Olahraga dan/atau lembaga/organisasi olahraga nasional wajib membuat peraturan doping dan disertai sanksi. ayat 3. Pengawasan doping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah.






Sumber:
http://ariftenis.wordpress.com/2009/12/28/doping/
http://hockeykaltim.blogspot.com/2010/01/pengertian-apa-itu-doping.html
http://rivokempoel.wordpress.com/2010/05/18/doping-dan-macam-macamnya/
http://cakmoki86.wordpress.com/2008/01/13/doping-mengejar-prestasi-menuai-sangsi/
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/09MasalahDoping012.pdf/09MasalahDoping012.html
http://tyoteye.multiply.com/journal/item/2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar