Selasa, 23 November 2010

FINAL PAPER FILSAFAT

TUGAS FILSAFAT
“FINAL PAPER”






Disusun Oleh :
Nama : Nurul Fajar M.N
NIM : 08601241042
Kelas : PJKR A

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009






PENDAHULUAN

Latar belakang saya membuat final paper adalah untuk melengkapi tugas filsafat.dimana sebelum membuat final paper saya diharuskan membuat catatan kritis I,II dan position paper,kemudian catatan kritis III dan yang terakhir adalah final paper.Tujuan mempelajari filsafat yaitu karena filsafat sangat berpengaruh besar dalam kehidupan pada umumnya,terutama dalam dunia pendidikan termasuk pendidikan jasmani.
Filsafat sangat penting bagi ilmu pengetahuan karena mengandung berbagai nilai dalam ilmu pengetahuan itu sendiri, Nilai -nilai ini tidak dapat di pisahkan bahkan nilai-nilai ini tidak dapat berdiri sendiri. Nilai tersebut saling mendukung satu sama yang lainya dan saling melengkapi. Filsafat dapat memberikan pedoman atau wawasan dalam peyelidikan, observasi yang tepat. Filsafat juga dapat sebagai batu loncatan atau pandangan bagi kemajuan teknologi, ini dapat dihasilkan dengan menggabungakan pikiran-pikiran tradisional dengan pikiran-pikiran modern. Metode pengumpulan data untuk final paper ini yaitu
Metode Langsung
Yaitu Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan selama mata kuliah. Contoh pada saat dosen menerangkan dan pada saat peserta didik bertanya.
Metode tidak langsung Yaitu Metode pengumpulan data yang diperoleh  dari referensi buku dan pencarian data diinternet.
PEMBAHASAN
A.Latar Belakang dan sejarah perkembangan Filsafat
Pembagian zaman filsafat terdiri dari zaman yunani,abad pertengahan dan zaman kegelapan. Filsafat pertama kali muncul untuk menghilangkan mitos-mitos pada zaman yunani,dimana  masyarakat pada zaman yunani mempercayai dewa-dewa.
Filasafat dapat diartikan sebagai kegiatan berpikir, senantiasa berkeinginan untuk mencari nilai dan fakta nyata dalam kehidupan serta mengevaluasi dan menafsirkannya sedapat mungkin, tanpa terjadi bias dan pasangka. Filsafat dapat menyeimbangkan perasaan dan logika. Kebutuhan hidup manusia meliputi banyak aspek. Filsafat dibutuhkan untuk mencari jawaban dari semua masalah dan pertanyaan seputar kehidupan manusia. Dahulu, bangsa manusia percaya pada mitos-mitos. Mereka menirukan apa yang dilakukan nenek moyang mereka pada zaman dahulu. Padahal, apa yang dilakukan oleh mereka biasanya tidak bisa dijelaskan menurut akal sehat. Misalnya saja, melakukan suatu ritual untuk mencegah datangnya hujan. Tentu saja itu semua tidak masuk akal. Bahkan, bisa menjerumuskan dalam lubang kemusyrikan. Mereka lebih percaya kepada roh-roh nenek moyang dari pada kepada Tuhan. Lambat laun, kebiasaan mereka mulai ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh majunya ilmu pengetahuan. Sains bisa menjelaskan semua fenomena alam. Menjelaskan terjadinya hujan, bahkan berbagai bencana alam yang terjadi. Petir bukan tercipta dari palu dewa dan suara guntur bukan pula ulah dewa. sehingga muncullah Filsuf,yang mempertanyakan kebenaran,munculnya filsuf memberikan penafsiran atau pengertian tentang filsafat. Pada zaman yunani tuhan atau dewa muncul dalam pikiran manusia Semua itu adalah fenomena alam yang bisa dijelaskan dengan adanya sains dan tentunya dengan penjelasan yang masuk akal.
Menurut saya sejarah perkembanagan filsafat mengalami perubahan perubahan-perubahan di berbagai periode. Dalam hal ini dapat dibagi beberapa periode, antara lain periode  filsafat yunani, periode kristiani, periode islam, periode humanisme
    Pada periode filsafat yunani ini kebanyakan membahas masalah ilmu alam yang menurut saya sering kali sukar untuk dibuktikan dan sering juga membuat rancu. Kebanyakan mereka meggunakan metode induktif dan deduktif. Metode induktif yaitu adanya penjaelasan-penjelasan baru kemudian ditarik kesimpulanya, sedangkan deduktif adalah penyimpulan suatu masalah baru kemudian penjelasan-penjelasan.
    Periode kristiani, pada periode ini telah muncul suatu keimanan percaya terhadap adanya Tuhan. Dalam perode ini juga filsafat mengalami kemunduran. Ini disebab kan karena adanya otoriter raja yang membatasi kebebasan berfikir. Selain itu, juga sengketa antara para pastur dengan para raja yang pro terhadap gereja. Kebenaran hanya otoritas gereja. Raja dan gereja yang berhak mengatakan dan sebagai sumber kebenaran. Ajaran filsafat yunani tidak digunakan lagi sebagai pedoman.
    Peride islam, peride ini berpedoman pada filsafat yunani tetapi yang membedakan adalah periode ini juga berpegang kepada keimanan. Pada periode ini ilmu pengetetahuan berkembang pesat, bahkan lebih baik dari periode yunani. Ini disebabkan karena adanya penggabungan ilmu dengan sepiritual. Sehingga pada periode ini telah muncul ilmu-ilmu baru.
    Periode humanisme, periode ini juga muncul filsafat politik yang didalamya membahas tentang pemerintahan.
    Kesimpulanya sejarah perkembangan filsafat berkembang dari bangsa timur, dan semakin lama semakin maju. Antara filsafat satu dengan yang lainya saling melengkapi. Ilmu dan keimanan adalah dasar dari filsafat.

B.Filsafat
Menurut saya filsafat adalah hasil pikiran manusia dalam mengartikan atau memberikan definisi pada suatu masalah (hal, benda, istilah), dimana didalam definisi tersebut harus dapat di buktikan kebenaranya atau faktanya. Jadi suatu masalah bisa  mempunyai lebih dari satu definisi. Setiap definisi tersebut saling terkait saling mempengarui dan saling mendukung masalah tersebut.  Filsafat mempunyai pandangan hidup yang berisikan tentang nilai-nilai,makna-makna,dan tujuan-tujuan dari hidup manusia.
Dengan hal ini dapat saya simpulkan juga bahwa pengertian filsafat menurut saya adalah suatu nilai yang didalamnya terdapat pedoman (wawasan, pandangan) yang dapat dibuktikan dan dapat memberikan suatu  kemajuan. Jadi bagi ilmu pendidikan, filsafat adalah suatu nilai-nilai yang memberikan pedoman, wawasan bagi  pendidikan, dan pedoman tersebut dapat dibuktikan serta dapat memberikan kemajuan bagi ilmu pendidikan itu sendiri.
 Dengan kata lain dengan adanya filsafat maka seiring dengan perkembangan jaman maka akan terjadi kemajuan teknologi yang sangat pesat, dengan hal itu maka pendidikan akan semakin maju dan berkembang. Ini semua karena hasil pikiran manusia. Filsafat dibagi berdasarkan cabang-cabangnya yaitu metafisika,epistemologi,aksiologi,logika dan filsafat khusus,misal melalui filsafat metafisika kita dapat mengetahui hakikat manusia atau hakikat kebenaran yaitu mempersoalkan apa yang ada dibalik ada,contoh bagaiman alam itu ada. Melalui epistemology kita bisa menyusun atau menganalisa suatu sudut pandang yang menjadi dasar suatu tindakan,dan melalui aksiologi kita bisa menentukan suatu kebenaran pada tingkah laku seperti tindakan,realita,aksi yang didasarkan pada nilai.

C.Landasan Filsafat Pendidikan Jasmani   
Dengan adanya berbagai pandangan aliran filsafat tentang penjas seperti aliran idealisme yang menganggap pikiran adalah kunci terhadap segala sesuatu, aliran realisme yang mempunyai pandangan yang bertentangan dengan idealisme, aliran pragmatisme yang menganggap pengalaman sebagai kunci untuk keberhasilan hidup, aliran naturalisme yang menganggap sesuatu yang punya nilai adalah sesuatu yang nampak, dan aliran eksistensialisme menganggap bahwa individu lebih penting dari pada masyarakat.
Menurut saya aliran pragmatis yang lebih mendukung terhadap pendidikan jasmani karena dari sebuah pengalaman yang kita hadapi disitulah terjadi suatu pembelajaran. Pengalaman dapat memberikan perubahan dan perkembangan bagi peserta didik. Bagi penjas sendiri telah disebutkan bahwa pengalaman akan memberikan makna manakala siswa memperoleh aktivitas secara bervareasi, dari aktivitas yang bervareasi itulah maka seorang siswa akan berkembang. Karena daam aktivitasnya pasti akan mengahasilkan ide-ide dari pengalaman itu.
Dalam pandangan modern tentang penjas telah disebutkan bahwa pelaksanaan pembelajaran penjas harus memperlakukan peserta didik secara individual. Perlu adanya perhatian terhadap kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapi oleh peserta didik. manusia adalah makhluk individual Pertanyaan yang kami sampaikan kepada penulis apakah kendala-kendala yang mungkin muncul dari memperlakukan peserta didik secara individual dan apakah pembelajaran akan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sekolah ?
Dalam pandangan filsafat Humanisme dijelaskan bahwa manusia adalah mahluk individu padahal kita tahu manusia adalah mahluk sosial juga dimana pasti memerlukan seseorang dalam melakukan kegiatan. Jadi kedua hal tersebut menurut saya harus digabungkan, mengaktualisasikan diri memang penting akan tetapi pengaktualisasian itu pasti perlu adanya bantuan ataupun partisipasi, dorongan dari orang lain dari orang lain.
Aliran – aliran filsafat tersebut secara garis besar berpandangan bahwa pendidikan jasmani menggunakan aktifitas jasmani untuk mendapatkan pengalaman yang akan memberi kontribusi terhadap peserta didik secara menyeluruh. Ini berarti pendidikan jasmani tidak hanya bertujuan membentuk fisisk. Pendidikan jasmani berpengaruh pada kehidupan peserta didik sebagai makhluk individu dan sosial. Sehingga sebagai konsultan, guru pendidikan jasmani harus memberikan pengarahan bagaimana siswa menempatkan diri sebagai individu dalam kehidupan sosial.

D.Aliran-aliran Pemikiran modern
Dari rentan peradaban yang ada dilihat dari corak pemikiran filsuf maka munculah aliran-aliran pemikiran modern seperti:
Rene Descartes (1596-1650)
     Rene Descartes disebut bapak filsafat modern. Dia melopori aliran rasionalisme dimana perlu adanya bukti-bukti serta kepastian dasar karena pengetahuan ada dalam pikiran (akal) manusia itu sendiri. Perlu adanya premis-premis untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga kebenaran itu nyata serta dapat diterima olah akal manusia.
Menurut saya memang apabila jika kita mendapatkan pengetahuan kita tidak hanya menerima pengetahuan itu tanpa melihat bagaimana pengetahuan itu didapat sehingga kita harus membuktikannya.
David Home (1711-1776)
David Home mempelopori aliran empiris dimana pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Dan pengetahuan dunia berasal dari penginderaan, maka perlu adanya penge nalan indrawi. Dari hasil indrawi maka akan muncul suatu kesan dan kemudian kesan-kesan tersebut akan menjadi sebuah gagasan (disebut substansi). Selain itu David home juga mengemukakan hubungan sebab akibat.
     Pertanyaan : “apakah setiap kesan pasti menghasilkan sebuah gagasan?”.
Auguste Comte (1798-1857)
     Aliran yang dibawanya adalah aliran positivisme dimana hanya melihat kenyataan-kenyataan dan metode ilmiah. Tiap ilmu dan suku bangsa melalui 3 tahap, yaitu teologis, metafisis dan positif ilmiah.
Jean-Paul Sartre (1905-1980)
     Eksistensialime merupakan himpunan aneka pemikiran yang memiliki inti sama, yaitu keyakinan, bahwa filsafat harus berpangkal pada adanya eksistensi, dan bukan pada hakekat (esensi) manusia pada umumnya. Manusia pada umumnya tidak ada, yang ada hanya manusia ini, manusia itu. Esensi manusia ditentukan oleh eksistensinya.
    Pertanyaan : “bagai mana cara mencari eksistensi diri manusia?”
Dari aliran-aliran diatas maka dapat saya simpulkan bahwa pengetahuan menurut saya itu berasal dari suatu pengalaman yang pengalaman itu akan menghasilkan suatu kesan dan kesan-kesan itu akan menghasilkan suatu gagasan, semua ini tidak terlepas dari pengindraan dan juga akal/pikiran manusia.
E.Krisis identitas dalam pendidikan jasmani
Pendidikan jasmai merupakan salah satu alat pembangunan yang ikut serta meningkatkan  kemajuan masyarakat,akan tetapi perkembangan perkembangan pendidikan jasmani sekarang sangat memprihatikan. Hal ini diakibatkan karena kerangka pembangunan pendidikan jasmani mengalami krisis. Salah satu krisis identitas dalam pendidikan jasmani terjadi karena adanya desakan untuk penyelenggaraan mata pelajaran baru seperti informasi teknologi (IT). Hal tersebut akan membawa pada kritisnya posisi pendidikan jasmani yang dianggap bukan pelajaran “penting” untuk diganti oleh mata pelajaran baru yang urgen untuk diberiakan kepada siswa.
Saya akan mencoba mengkritisi masalah tersebut, menurut saya jika pendidikan jasmani tidak dianggap penting maka akan banyak resiko-resiko yang terjadi, misal apabila siswa hanya mementingkan teknologi saja tanpa mementingkan pendidikan jasmani  maka akan berakibat pada kesehatan siswa karena siswa tersebut hanya berhadapan dengan teknologi seperti teknologi komputer tanpa melakukan aktivitas yang hanya dilakukan duduk didepan komputer.
Pada umumnya orang-orang yang tidak melakukan aktivitas seperti olahraga biasanya akan lebih mudah terserang berbagai penyakit karena resiko yang lebih besar terjadi ada pada orang-orang yang tidak melakukan olahraga dibandingkan orang-orang yang melakukan olahraga contohnya struk, jantung, hipokinetik dll.
Salah satunya hipokinetik yang disebabkan karena tubuh kita kurang melakukan aktivitas maka akan menimbulkan banyak lemak, apabila semakin banyak lemak maka lemak tersebut dapat menyumbat pembuluh darah yang akan menyebabkan kematian (hipotesis) karena itu pendidikan jasmani sangat penting dalam kehidupan.
Karena itu pendidikan jasmani tidak dapat dipisakan dari kehidupan manusia hal ini dikarenakan olahraga merupakan unsur penting dalam pemeliharaan kesehatan manusia. Kesehatan sendiri merupakan kebutuhan pokok yang mutlak diperlukan oleh manusia. Pada perkembangan selanjutnya,olahraga tidak hanya sebagai sarana untuk menjaga kesehatan saja,melainkan juga sebagai salah satu ajang kompetisi yang mampu membawa nama baik individu,kelompok atau negara.
Kemudian krisis masalah lainnya dalam pendidikan jasmani adalah lemahnya sub-sistem pendidikan jasmani dan olahraga. Kekosongan tenaga guru pendidikan jasmani yang terjadi secara massal seperti di Sumatra salah satu contohnya. Seperti di daerah saya dalam 1 sekolah hanya ada 1 guru olahraga dimana guru olahraga tersebut mengajar dikelas X, XI dan XII sehingga membuat proses belajar mengajar tidak efektif.
Sehingga untuk mengatasinya pihak sekolah biasanya mengupayakan sistem bidang studi yaitu guru kelas diperkenankan untuk mengajar olahraga walaupun disadari banyak resiko yang harus ditanggung terutama karena guru bersangkutan belum menguasai bidang olahraga tersebut.
Hal ini berbanding terbalik dengan banyaknya lulusan dari perguruan tinggi keguruan dimana  setiap tahunnya meluluskan diploma serta sarjana yang dicetak sebagai guru pendidikan jasmani. Keadaan ini terjadi karena keterbatasan dana dari pemerintah untuk mengangkat mereka. Karena itu terjadinya krisis identitas dalam pendidikan jasmani.
Dengan berbagai masalah tersebut pemerintah harus mengambil langkah kongkrit atau solusi yang tepat guna menanggulangi permasalahan tersebut. Dengan membuat program rencana jangka panjang, menengah dan jangka pendek untuk mencapai tujuan.
Dengan adanya krisis identitas terhadap pendidikan jasmani maka sulit baginya untuk berkembang dalam dunia pendidikan, banyak sebagian orang yang menganggap bahwa pendidikan jasmani itu tidak penting malahan mereka menganggap remah pendidikan jasmani. Hal seperti inilah yang membuat penjas terpuruk, selain itu juga adanya desakan untuk menyelenggarakan mata pelajaran baru,sehingga penjas yang dianggap tidak penting maka akan ditiadakan dam proses pembelajara. adanya kerapuan posisi penjas dalam kurikulum di sekolah.
    Dengan ini maka perlu adanya legistimasi baru dalam pendidikan jasmani. Apa itu? Mendefinisikan persoalan-persoalan yang ada yang membuat penjas diangga tidak penting, dengan cara dibangun thesis-thesis tentang pendidikan jasmani.
Menurut Crum (2003) ada tiga thesis yaitu
Adanya partisipasi dalam aktivitas jasmani dan olahraga yang menyumbang kualitas hidup masyarakat.
Paartisipasi yang tetap bertahan dan menyenagkan mensyaratkan seperangkat kopetensi dengan adanya kemahiran sejumlah perangkat tersebut mensyaratkan proses pembelajaran dan pengajaran yang terorganisir dengan baik.
Sudah menjadi kenyataan bahwa setiap anak pergi ke sekolah setidaknya untuk 12 tahun, dan juga mencakup pertimbangan bahwa sekolah dapat mengelola guru profesianal, sekolah merupakan kunci kekuatan dalm pengenalan terencana terhadap aktivitas jasmani dan olahraga (fox, Cooper, Mckenna, 2004: 338). Selain ketiga hal itu perlu juga adanya pencarian konteks-konteks pendidikan jasmani sehingga dapat diketahui potensi maupun hambatan-hambatannya. Ada tiga sub-konteks  yaitu teknologi, kultur, dan demografi. Partisipasi masyarakat yang berkompetensi juga penting dalam menumbuhkan legistimasi baru.
    Dapat disimpulkan bahwa perlu adanya perbaikan citra pendidikan jasmani dalam masyarakat, supaya masyarakat dapat mengetahuai/mengerti bahwa proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah itu sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup. Oleh sebab itu adanya usaha-usaha yang giat dalam memperbaiki citra penjas perlu dibangun. Dengan kata lain perlu adanya legistimasi baru dalam pendidikan jasmani.
F.Strategi Penalaran untuk prilaku Fair Play
Memang sangat perlu adanya perilaku fair play dalam semua kegiatan, dalam hal ini adalah dalam kegiatan olahraga. Perilaku fair play erat hubunganya dengan perilaku moral atau sportifitas sehingga fair play memang perlu kita junjung tinggi. Seperti yang telah dijelaskan bahwa dalam suatu permainan (olahraga) perilaku itu selalu diabaikan, itu memang benar. Mereka lebih mementingkan hasil dari pada suatu permainan yang baik. Malahan mereka berbuat curang untuk memenangkan suatu pertandingan. Nilai moral yang perlu dilakukan  setiap orang yang melakukan suatu kegiatan adalah keadilan, kejujuran, tanggung jawab, dan kedamaian.
    Perilaku fair play berasal dari pemahaman tentang suatu peraturan yang berlaku untuk kegiatan tersebut. Jadi peraturan bukan hanya pemain saja yang harus tahu akan tetapi semua orang yang terlibat dalam kegiatan itu, sehingga setidaknya fair play dapat di lakukan. Kebanyakan keributan atau tindakan yang kurang baik dalam suatu pertandingan, baik itu pemain, penonton, maupun semua yang terlibat didalamnya karena kurang pahamnya suatu peraturan. Jadi dapat disimpulkan apabila taat dalam peraturan-peraturan yang berlaku maka keributan tidak akan terjadi.
    Selain yang telah dijelaskan diatas prilaku fair play dapat berupa juga berupa suatu kegiatan rela berkorban dan saling menolong lawan namun itu dilakukan dengan alasan tertentu seperti kisah Eugenio Mont yang menolak untuk menang karena lawanya mengalami nasib buruk. Mau mengakui kehebatan lawan dan mau menagakui kekalahan itu juga merupakan sifat fair play. Tapi kenyataan yang dapat dilihat sekarang ini kurangnya kesadaran akan perilaku fair play tersebut sehingga akan muncul suatu pertanyaan apa penyebabnya sehingga hal itu bisa terjadi padahal peraturan-peraturan sudah di tetapkan untuk mencegah suatu  kecurangan ? malahan tidak jarang yang melanggar kebanyakan orang yang sangat tahu akan peraturan suatu kegiatan.
Menurut saya memang Setiap atlet harus ditanamkan jiwa fair play sejak dini. Agar atlet termotivasi untuk meraih kemenangan yang sebenarnya. Meraih kemenangan bukan hanya terbatas pada keberhasilan mengalahkan lawan atau meraih gelar juara. Tetapi, berhasil mengalahkan lawan melalui proses yang sesuai peraturan dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Apabila atlet terbiasa bertanding secara fair play, maka kebiasaan mentaati peraturan dan menghargai orang lain akan terealisikan dalam kehidupan sehari – hari. Harus disadari bahwa pendidikan jasmani dan olahraga tidak hanya mengolah keterampilan jasmani, namun juga disertai sopan santun dan nilai moral dalam pelaksanaanya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani memberikan kontribusi dalam penanaman moral serta membentuk karakter pelakunya
G.Penggunaan Doping ditinjau dari Aspek Etika
Doping memang sangat meresahkan pada setiap kegiatan olahraga di dunia ini, jarang orang mehindari pemakaian doping, lebih-lebih para atlet yang sudah senior atau terkenal, mereka lebih sering menggunakan doping sebagai perangsang untuk meningkatkan aktivitas tubuh. Tapi hal itu merupakan suatu kebiasaan yang berbahaya, kerena apa ? karena kegiatan tersebut dapat merusak tubuh kita sendiri. Karena itu merupakan paksasan terhadap tubuh untuk melakukan kegiatan diluar kemampuan kita.
Dilihat dari aspek etika memang perbuatan penggunaan doping perlu diberantas, kerena itu bukan suatu bentuk perbuatan baik, bukan merupakan suatu sportifitas seorang atlit olahraga. Mereka tidak mau mengakui bahwa kemampuanya dalam prestasi semakain menurun, mereka hanya lebih mementingkan prestasi, uang daripada keselamatan hidup mereka, menggunakan doping supaya prestasinya tetap meningkat sehingga tetap dapat mempertahankan kejayaanya. Seorang atlit olahraga yang sportif harus bisa menyadari bahwa perbuatan penggunaan doping sungguh tidak manusiawi, karena telah dijelaskan bahwa doping dapat merusak tubuh kita sendiri secara berlahan-lahan.
Maka dalam hal ini perlu adanya pegawasan yang ketat dalam penggunaaan doping, baik itu pemerintah maupun masayarakat, lebih-lebih kesadaran para atlit itu sendiri. Perlua adanya pengawasan yang lebih ketat dalam pemeriksaan seeorang yang menggunaakan doping atau tidak. Juga perlu adanya hukuman yang lebih berat bagi orang yang dalam pemeriksaan benar-benar memakai doping.



PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat sangat penting bagi ilmu pengetahuan karena mengandung berbagai nilai dalam ilmu pengetahuan itu sendiri, Nilai -nilai ini tidak dapat di pisahkan bahkan nilai-nilai ini tidak dapat berdiri sendiri. Nilai tersebut saling mendukung satu sama yang lainya dan saling melengkapi. Filsafat dapat memberikan pedoman atau wawasan dalam peyelidikan, observasi yang tepat. Filsafat juga dapat sebagai batu loncatan atau pandangan bagi kemajuan teknologi, ini dapat dihasilkan dengan menggabungakan pikiran-pikiran tradisional dengan aliran pemikiran modern.
Pendidikan jasmani dan olahraga pada kenyataanya mengalami krisis identitas. Kalangan pendidikan jasmani membiarkan hal itu terjadi begitu saja. Padahal krisis identitas akan menggerogoti pondasi pendidikan jasmani. Krisis ini berawal dari intern pendidikan jasmani. Kalangan pendidikan jasmani masih meragukan keampuhan pendidikan jasmani. Walaupun mereka sudah lama memiliki pernyataan bahwa pendidikan jasmani mampu menjadi alat ampuh dalam membangun karakter bangsa, moral, disiplin, dan nilai positif lainnya. Dalam kondisi ini dibutuhkan pemikiran serius. Melalui filsafat, identitas pendidikan jasmani akan terbentuk. Usaha ini dapat dilakukan menggunakan aliran filsafat eksistensialisme. Mengedepankan eksistensi pendidikan jasmani dan olahraga dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan jasmani dan olahraga yang bertujuan mengolah jiwa dan raga ke arah positif. Aliran ini memberikan kebebasan pada masyarakat untuk memilih kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga sesuai kemampuan individu. Sehingga diharapkan mereka merasakan langsung manfaat yang diperoleh. Hal ini akan membangun identitas baru bahwa pendidikan jasmani adalah penting untuk tetap dilaksanakan






























DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M.H. 2008. Relasi Pemikiran Filsafat dan Pendidikan, Handout Matakuliah Filsafat Penjas dan Olahraga.
http: //gettech.tripod.com/ARSIP/filsafat.htm.
Lutan, Rusli. (2001). Menelusuri Makna Olahraga dalam Olahraga dan Etika Fair Play: Hal 27 – 69.
Lutan, Rusli. (2001). Strategi Penalaran untuk Perilaku Fair Play dalam Olahraga dan Etika Fair Play: Hal 95 – 107.
Lutan, Rusli. (2001). Fair Play dalam Praktek dalam Olahraga dan Etika Fair Play.  Hal: 108 – 143.
Lutan, Rusli. (2001). Penggunaan Doping Ditinjau dari Aspek Etika dalam Olahraga dan Etika Fair Play.  Hal: 178 – 200. 
Margono (2007). Landasan Falsafah Pendidikan Jasmani. Dalam: Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Hal: 20 – 28.
Osborn, Richard. (2001). Filsafat untuk Pemula. Yogyakarta: Kanisius.

Pramono, Made. (2003). Dasar – Dasar Filosofis Ilmu Keolahragaan (Suatu Pengantar). Jurnal Filsafat, Jilid 34, No.2.

Salam, Burhanuddin. (2005). Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.

Setiawan, Caly. (2004). Krisis Identitas dan Legitimasi dalm Pendidikan Jasmani. JPJI, Vol 1 NO.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar